Monday, January 22, 2018

Penjualan Ritel Inggris Buruk, Pounds Kukuh Di Level Tinggi

Rifan Financindo Pekanbaru - Pada Jumat petang ini (19/Januari), Poundsterling bertahan di level tertingginya sejak pertengahan tahun 2016 yang dicapai pasca lolosnya UU Brexit di House of Commons, meski rilis data Penjualan Ritel bulan Desember menunjukkan angka-angka lebih buruk dibanding estimasi awal. Sejumlah analis menyarankan untuk mengabaikan data ini, karena penurunan tersebut dianggap wajar.

Penjualan Ritel Inggris

GBP/USD Didukung Oleh Pelemahan Dolar

Office for National Statistics (ONS) melaporkan bahwa Penjualan Ritel di Inggris pada bulan Desember tercatat -1.5 persen, jauh lebih buruk dibanding ekspektasi -0.6%; padahal sempat mengalami kenaikan 1.0% di periode November. Akibatnya, dalam basis tahunan, laju Penjualan Ritel menurun dari 1.5% ke 1.4%, kurang dari setengah ekspektasi awal 3.0%. Penjualan Ritel Inti (Core Retail Sales) yang menghitung perubahan data disertai penyesuaian dengan laju inflasi, juga merosot 1.6% MoM, atau hanya tumbuh 1.3% YoY.
Terlepas dari baik-buruknya data ekonomi tersebut, GBP/USD masih didukung oleh pelemahan Dolar AS di tengah ancaman Government Shutdown yang mungkin terjadi per Sabtu besok, jika legislasi anggaran sementara tak disetujui oleh Senat AS. Saat berita ditulis, GBP/USD masih dalam posisi naik 0.07% ke 1.3903 dari harga pembukaan tadi pagi, meski sudah melandai dari high 1.3945 yang sempat dicetaknya tadi siang.

Penurunan Wajar Karena Kenaikan November

Joshua Mahony dari IG mengatakan, "Serangkaian angka Penjualan Ritel yang mengecewakan dari Inggris hanya sedikit mengusik penguatan Pound, di tengah sepekan tren kenaikan Sterling. Namun demikian, angka-angka hari ini tak perlu begitu dipedulikan, karena penurunan Penjualan Ritel di bulan Desember terjadi di tengah pergeseran tren belanja (Natal dan Tahun Baru) ke momen Black Friday dan Cyber Monday yang diadakan di November, dari belanja detik-detik terakhir di bulan Desember." 

Hal ini diamini oleh analis-analis lain yang dikutip oleh PoundsterlingLive, diantaranya Ruth Gregory, ekonom dari Capital Economics. "Penurunan volume Penjualan Ritel di bulan Desember selalu nampak mungkin terjadi, karena tingginya kenaikan di bulan Desember," terangnya, "Bagaimanapun juga, adopsi (budaya Amerika) diskon 'Black Friday' oleh peritel Inggris nampaknya telah menyebabkan konsumen memajukan pembelanjaan Natal mereka, (dan) bukannya mendorong mereka untuk berbelanja lebih banyak dalam beberapa tahun terakhir."


0 comments:

Post a Comment