Thursday, July 6, 2017

PMI Jasa Inggris Melengkapi Kekecewaan Trio Indeks PMI

Rifan Pekanbaru - Selama tiga hari berturut-turut, rilis indikator ekonomi Inggris lagi-lagi mengecewakan. Pada hari Rabu (05/Jul) sore ini, data tentang indeks PMI Jasa Inggris dilaporkan melambat ke level terendah dalam empat bulan terakhir hingga Juni. GBP/USD pun bereaksi dengan menurun 0.13 persen ke angka 1.2899 setelahnya. Sedangkan EUR/GBP diperdagangkan di angka 0.8762, dengan pelemahan Euro pasca pernyataan pejabat ECB, Benoit Coeure.


poundsterling


Data finansial pasar resmi dari Markit mengungkapkan, Indeks Purchasing Manager (PMI) Inggris untuk sektor jasa turun ke level 53.4 pada bulan Juni, dari 53.8 pada bulan Mei. Hasil tersebut memang hanya sedikit lebih rendah daripada ekspektasi penurunan ke angka 53.8 pada bulan Mei, dan masih dalam kategori ekspansi.

Dalam laporan yang sama, juga tertulis bahwa optimisme perusahaan-perusahaan Inggris merosot ke level terendah sejak akhir Juni, setelah hasil Pemilu parlemen pada bulan lalu justru menimbulkan keresahan politik baru. Negosiasi Brexit pun ditengarai akan melenceng dari rencana awal yang disusun oleh PM Theresa May.


Kuartal Depan, Ekonomi Inggris Bisa Melambat

Markit mengatakan bahwa pihaknya menilai lemahnya outlook ekonomi Inggris ini tetap melemah walaupun terlihat pertumbuhan dalam sektor jasa finansial dan jasa bisnis. Jika dirunut dari data-data indeks PMI Inggris yang sudah dirilis sebelumnya, Markit menyimpulkan akan ada kemungkinan perlambatan ekonomi dalam beberapa bulan ke depan.

"Perlambatan dalam pertumbuhan sektor jasa melengkapi 'trio' data PMI (manufaktur, konstruksi, dan jasa) Inggris yang mengecewakan," kata Chris Williamson, Kepala Ekonom Markit yang dikutip oleh Investing. "Mengingat keterpurukan prediksi terhadap indikator-indikator ekonomi Inggris ke depan, sepertu optimisme perusahaan dan order book growth, risiko akan condong ke arah perlambatan ekonomi di kuartal ketiga,"

Pada kuartal pertama lalu, pertumbuhan ekonomi Inggris tercatat melambat karena konsumen terpukul oleh lambatnya pertumbuhan gaji di tengah naiknya inflasi karena jebloknya Poundsterling sejak keputusan Brexit tahun lalu.(Mbs-rifan financindo berjangka)

Sumber : seputarforex

0 comments:

Post a Comment