"Mengenai obat-obatan, sejak tanggal 1 Juni sampai sekarang telah terjadi lonjakan yang luar biasa dari kebutuhan obat-obatan besarnya sekitar 12 kali lipat kami menyadari ini," kata BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangan pers secara virtual, Senin (26/7/2021).
Dia mengatakan, ketiga obat yang disebutkan sebelumnya memiliki harga yang fantastis berkisar ratusan juta dan sulit didapatkan. Bahkan, kata Budi, masyarakat akan heran jika mengetahui asal negara impor obat tersebut.
"Ini adalah obat-obat yang di seluruh dunia juga sedang short supply karena semua orang membutuhkan obat-obatan ini. Ini obat-obatan yang sangat terkenal karena harganya jadi Rp 50 jutaan, jadi ratusan juta, padahal harganya sebenarnya di bawah Rp 10 juta," ujarnya.
Baca Juga :
|
"Actemra sangat terkenal karena harganya 50 juta sampai ratusan juta, padahal harga sebenarnya di bawah 10 juta. Juli ini akan datang 1.000 vial tapi Agustus kita akan impor 138 ribu dari negara-negara yang mungkin teman-teman tidak bayangkan," ungkapnya.
Dia menegaskan, ketiga obat tersebut diberikan dengan cara disuntikkan kepada pasien. Sehingga pemberian obatnya pun harus dilakukan sesuai resep dan diberikan di rumah sakit.
Lantaran obat-obatan ini mahal dan penggunaannya harus di rumah sakit, masyarakat yang mampu membeli diminta untuk tidak menyetok di rumah. Obat ini harus tersedia untuk orang-orang yang benar-benar membutuhkan.
"Untuk 3 obat seperti Gammaraas, Actemra dan Remdesivir itu harus disuntikan dan hanya bisa dilakukan di rumah sakit. Jadi tolong biarkan obat-obatan ini dikonsumsi digunakan yang sesuai prosedurnya karena saya melihat dan saya takut, banyak dari kita ingin beli sendiri ditaruh di rumah karena takut," pungkasnya.
Selain itu, Jokowi juga menanyakan ketersediaan obat antibiotik Acetromicin dan vitamin D3 5000UI. Sama seperti Oseltamivir dan Favipiravir, stok obat dan vitamin tersebut juga tak tersedia.
Mendapati stok obat dan vitamin untuk terapi COVID-19 tak tersedia, Jokowi pun langsung menghubungi Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. Jokowi menyampaikan bahwa sejumlah obat dan vitamin yang dicarinya tak tersedia di salah satu apotek di Bogor.
"Halo Pak Menteri. Pak Menteri ini saya cek ke apotek di Bogor. Saya cari obat antivirus Oseltamivir nggak ada. Cari lagi, obat antivirus yang Favipiravir juga nggak ada, kosong. Saya cari obat yang antibiotik, Acetromicin juga nggak ada," kata Jokowi dilihat dari video yang dipublikasikan YouTube Setpres, Jumat (23/7/2021).( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka )
Lihat : PT Rifan
Sumber : finance.detik
PT Rifan Financindo, Rifanfinancindo, Rifan Financindo PT Rifan
0 comments:
Post a Comment