Monday, July 19, 2021

PT Rifanfinancindo | Perjalanan Proyek Monorel Jakarta yang Besinya Digondol Maling

 

PT Rifan Financindo - Jakarta Proyek monorel Jakarta yang mangkrak kembali jadi sorotan. Kali ini besi-besi pada tiang pancang monorel dicuri orang, bahkan pencurian itu sempat terekam kamera warga dan menjadi viral di media sosial.

Sejak 2004 proyek ini dikembangkan oleh perusahaan konstruksi pelat merah PT Adhi Karya. Setelah mangkrak, tiang pancang sisa proyek ini terdaftar sebagai aset milik Adhi Karya.

Adhi Karya pun buka suara mengenai tindakan pencurian yang viral di media sosial ini. Menanggapi tindakan tersebut, Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Farid Budiyanto mengatakan pihaknya akan melakukan pengecekan di lapangan soal kejadian ini.

"Kami cross check ke lapangan dulu," ungkap Farid ketika dihubungi detikcom, Minggu (18/7/2021).

Mengenai kelanjutan pengembangan proyek yang mangkrak ini, Farid mengatakan pihaknya masih menunggu kebijakan lanjutan dari Pemprov DKI Jakarta. Apakah proyek ini akan dibongkar ataupun dilakukan pengembangan. Pada prinsipnya, Adhi Karya akan menunggu perintah dari Pemprov DKI Jakarta.

"Kebijakan kami masih sesuai dengan sebelumnya (menunggu perintah dari Pemprov DKI)," kata Farid singkat melalui pesan singkat kepada detikcom, Minggu (18/7/2021).


Namun pihaknya berpendapat bila tiang-tiang tersebut lebih baik dimanfaatkan. Soal dimanfaatkan untuk apa, Adhi Karya terbuka untuk setiap ide yang masuk.Sebelumnya, Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Pundjung Setya Brata mengatakan pihaknya menunggu perintah dan kajian dari Pemprov DKI Jakarta soal penanganan lebih lanjut dari tiang-tiang monorel Jakarta yang mangkrak.

"Kami menunggu perintah dan juga kajian legal yang lebih lanjut, tetapi akan lebih bagus apabila tiang tersebut dapat didayagunakan. Kami terbuka dengan ide-ide tentang pemanfaatan tiang tersebut," kata Pundjung kepada detikcom, Jumat (23/10/2021).

Sebelum itu bagaimana ceritanya sampai proyek ini harus mangkrak dan hanya menyisakan tiang pancang monorel yang terbengkalai?

Dari catatan detikcom, pembangunan monorel dimulai pada 2004. Sedianya, monorel dibangun untuk mengatasi kemacetan Jakarta dan dirancang membawa dua hingga sepuluh rangkaian gerbong.

Presiden Megawati Soekarnoputri meresmikan pemancangan tiang pancang pertama di Jalan Asia Afrika, Senayan, Jakarta Selatan, pada 14 Juni 2004. Dia menekan tombol sirene sekitar pukul 10.30 WIB. Saat itu Gubernur Jakarta dijabat Sutiyoso.

Namun pada 2008, pengembang sekaligus investor proyek ini, yakni PT Jakarta Monorail (PT JM), dikabarkan pening bukan kepalang karena masalah pendanaan.

Saat itu, tiang-tiang yang kadung dibangun mangkrak menjadi monumen nirfaedah. Nilai proyeknya mencapai US$ 450 juta. PT JM mengaku tidak mampu memenuhi syarat investasi US$ 144 juta.

"Sekarang keputusannya terserah Pak Gubernur. PT JM akan ngikut saja," kata Direktur Utama PT JM Sukmawati Sukur, 12 Maret 2008.

Gubernur Jakarta pada saat itu, Fauzi Bowo alias Foke, memastikan pembangunan proyek monorel dihentikan. Pihak PT JM minta ganti biaya investasi Rp 600 miliar, namun Foke menolak. Saat itu Pemprov DKI hanya akan membayar sesuai rekomendasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

"Saya berpegangan pada rekomendasi BPKP maksimal setinggi-tingginya Rp 204 miliar. Dari segi Pemprov DKI berusaha untuk mengupayakan seefisien mungkin untuk kebutuhan transportasi bagi warga Jakarta," kata Foke, 19 September 2011.


Baca Juga :

Singkat cerita, secercah harapan muncul untuk tiang monorel yang kadung mangkrak. Hal itu terjadi di era Joko Widodo masih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dia ingin PT Adhi Karya (BUMN) ikut menggarap bersama PT JM.


"Bareng-bareng. Duet-duet. Ngapain harus lama-lama? Ya, bener kok. Serius," kata Jokowi di Balai Kota Jakarta, 20 Desember 2012.

Namun, sebetulnya PT Adhi Karya tidak mau. Proyek berlanjut lagi. Meski begitu, Gubernur Jokowi melakukan peletakan batu pertama pembangunan monorel di Tugu 66, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Hadir pula Komisaris Utama PT Jakarta Monorail Edward Soeryadjaya.

"Setelah proyek ini terhenti selama 5 tahun, dengan mengucap bismillah, pada tanggal 16 Oktober 2013, saya nyatakan proyek monorel oleh PT Jakarta Monorail saya nyatakan dilanjutkan kembali," kata Jokowi di lokasi peresmian, 16 Oktober 2013.

Tiang-tiang akan dipasang dengan jarak 24 meter. Proyek menggandeng China Communications Construction Company Ltd untuk memasang tiang-tiang itu.

Di sisi lain, PT Adhi Karya bingung tiang-tiangnya senilai Rp 193 miliar belum dibayar PT JM. Pihak PT JM sendiri merasa tidak punya utang karena 200 tiang monorel itu sekarang sudah menjadi milik PT Adhi Karya.

Jokowi jadi presiden, giliran Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI. Di zaman Ahok, tidak ada juga perkembangan berarti dalam proyek monorel. Dia mengancam surat putus bila tak ada perkembangan selama 3 bulan.

"Langsung aku kirim surat putus kita. Tidak ada lagi kereta monorel. Yaa... jadi tiang monumen," kata Ahok, 26 Juni 2014.

Ahok pun emoh melanjutkan proyek monorel bersama PT JM. Soal tiang-tiang yang telanjur berdiri, dia sadar itu adalah milik PT Adhi Karya (BUMN). Tiang itu bakal menjadi monumen penipuan. Dia merasa PT JM tidak memberikan kejelasan kelanjutan proyek itu.

"(Aset yang sudah terbangun) nggak bisa disita juga, karena tiang punya Adhi Karya. Kalau kita mau pakai, ya bayar. Tapi saya jamin nggak akan dibongkar lah. Mungkin dijadikan monumen terjadi penipuan atau dijadikan tiang untuk light rail," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, 30 Oktober 2014.

Pemprov DKI pun mengeluarkan rencana memutus kontrak dengan PT Jakarta Monorail (PT JM) di 2015. Tiang-tiang monorel diminta untuk dibongkar.

Akhirnya, mendekati akhir tahun, Ahok mengatakan Pemprov DKI sudah putus kontrak dengan PT JM. Tiang monorel di Jalan HR Rasuna Said dan Jalan Asia Afrika diambil alih PT Adhi Karya untuk menjadi tiang light rail transit (LRT).

"Sudah bye-bye (dengan PT JM), nggak ada cerita. Nanti bekas tiang-tiangnya diambil Adhi Karya untuk LRT," ujar Ahok di RSUD Tarakan, Jl Kyai Caringin, Jakarta Pusat, 10 September 2015.


Tiang monorel dinilai kurang pas, apalagi letaknya berada lebih ke pinggir jalan, yaitu di sekitar pembatas jalur cepat dan jalur lambat.Singkat cerita, di tahun 2017 saat pembangunan LRT Jabodebek dimulai, Adhi Karya selaku kontraktor proyek LRT justru lebih memilih membangun tiang baru. Tepatnya di tengah Jalan HR Rasuna Said dan terpisah dari lokasi tiang bekas monorel.

Di 2018, Adhi Karya selaku pemilik tiang monorel mewacanakan penggunaan tiang itu untuk penyangga jalur bus. Saat itu PT Adhi Karya masih berdiskusi dengan Pemprov DKI soal pemanfaatan tiang-tiang monorel.

"Bisa untuk hal lain, misalnya bisa jadi elevated bus bisa nggak di situ, bisa nggak dipakai untuk trase yang lain," kata Direktur Operasi II Adhi Karya, Pundjung Setya saat dihubungi, Jakarta, 17 Februari 2018.

Oktober 2020, ide pemanfaatan lain berkembang. Hal itu adalah menjadikan tiang-tiang ini sebagai skywalk alias tempat pejalan kaki layang.

Nantinya skywalk tersebut diintegrasikan dengan stasiun LRT yang berada satu kawasan dengan tiang-tiang monorel tersebut. Jadi, dengan adanya akses pejalan kaki tersebut, begitu pengguna LRT Jabodebek turun di stasiun bisa menuju ke gedung-gedung sekitar dengan lebih mudah.

Namun Pundjung mengatakan pihaknya baru menyusun konsep dasar pembangunan skywalk. Soal besaran biaya yang dibutuhkan untuk proyek tersebut belum diketahui angkanya.

"Ini nanti akan diintegrasikan dengan stasiun LRT misalnya, dan akses ke building di sekitarnya sehingga tidak perlu turun sekaligus menciptakan ruang untuk pejalan kaki," jelas Pundjung.

Namun kini, tiang itu tak kunjung digunakan juga. Tiang dibiarkan berdiri dan bagai dibiarkan begitu saja, bahkan sampai harus dicuri besi-besi tiang pancangnya.

Sejak awal pembangunan di tahun 2004 rencananya ada dua jalur monorel yang rencananya dibangun:

1. Green Line: 14,3 km.
Dimulai dari stasiun monorel di Casablanca, melewati kawasan sekitar Hotel Gran Melia, Satria Mandala, Kusuma Chandra, Polda Metro Jaya, BEJ, Gelora Bung Karno Senayan, Plaza Senayan, JHCC, gedung MPR/DPR, Taman Ria Senayan, gedung MPR/DPR, Pejompongan, Karet, Sudirman, Setiabudi Utara, Kuningan, Taman Rasuna, kembali ke Stasiun Casablanca.

2. Blue Line: 12,7 km.
Dimulai dari Kampung Melayu, melewati kawasan Tebet, Menteng Dalam, Stasiun Casablanca, Ambasador, Stasiun Dharmala Sakti, Menara Batavia, Karet, kawasan Slipi, Cideng, dan berakhir di kawasan Roxy.( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka )

0 comments:

Post a Comment