Wednesday, August 18, 2021

PT Rifanfinancindo | Pemerintah Yakin APBN Tahun Ini Nggak Tekor Banyak, 'Cuma' Rp 939 T

 


PT Rifan Financindo - Jakarta Pemerintah optimistis defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 akan lebih kecil dari target yang ditetapkan sebelumnya. Defisit atau tekor APBN diyakini bisa ditekan menjadi Rp 939,6 triliun atau lebih rendah Rp 66,8 triliun dari target sebelumnya Rp 1.006,4 triliun.

"Untuk 2021 ini kita lihat untuk nominal defisitnya sebenarnya turun jadi kalau dibandingkan dengan APBN 2021 ini yang asumsi defisit Rp 1006,4 triliun untuk outlook nya secara nominal 2021 turun ke 939,6 triliun. Jadi secara nominal defisitnya turun," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Febrio Kacaribu dalam konferensi persnya, Rabu (18/8/2021).

Dia mengatakan, kondisi defisit yang lebih rendah dari target dinilai sudah biasa terjadi. Misalnya, kata dia, tahun lalu pemerintah mempunyai defisit 6,3% namun kemudian faktanya 6,1%.

"Ini yang membuat berbeda dengan angka aktualnya karena memang defisit itu kan nilai defisitnya secara nominal dibandingkan dengan PDB nya pada tahun bersangkutan. Jadi dua-duanya punya banyak faktor yang mempengaruhi tergantung penerimaan dan belanja lalu angka PDB nominal tahun bersangkutan. Masing-masing punya faktor yang mempengaruhi," ujarnya.

Baca Juga :



"Terkait varian delta kemarin kita sudah merevisi bahwa tahun ini kemungkinan kita tidak akan mencapai 5% itu. Kita revisi menjadi 3,7% sampai 4,5% dari pertumbuhan 2021 ini. Nah itulah kemudian membuat secara nominal defisitnya turun namun karena pembaginya lebih rendah maka angka defisitnya menjadi outlook sekitar 5,8%. Itu yg kenapa angkanya kemungkinan bergerak sedikit ke atas," imbuhnya.Pihaknya pun menyebut telah mengantisipasi nilai dari PDB nominalnya akan turun dengan asumsi di APBN sebesar 5%. Ditambah dengan adanya varian delta maka pemerintah juga merevisi kemungkinan besar tidak akan menyentuh 5%.

"Akan tetapi risikonya kita melihat malah lebih rendah. Kenapa? Karena secara nominal kebutuhan pembiayaan itu lebih rendah tadinya Rp 1006,4 triliun sekarang hanya Rp 939,6 triliun. Ini kita melihat angka-angka dan pasar dan lembaga melihat angka tersebut. Dan ini sesuatu yang sangat lumrah dan kita melihat ini sesuatu yang positif bagi makronya kita kenapa karena defisit nominalnya lebih rendah," pungkasnya.( Mbs-Rifan-Financindo-Berjangka )


0 comments:

Post a Comment